Sabtu, 23 Maret 2013

Terapi Humanistik-Eksistensial


Dasar dari terapi Humanistik adalah penekanan keunik kan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan perwujudan dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. terapi ini juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang dan bukan pada masa lampau. Namun terapi-terapi humanistik-eksistensial juga memperhatikan masa lampau sebagai peristiwa dan pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan individu saat ini. Salah satu pendekatan yang di kenal dalam terapi Humanistik ini adalah terapi yang berpusat kepada klien atau Clien-Centered Therapy.
Clien-Centered Therapy
Clien-Centered Therapy adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers yang didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Tugas terapis adalah mempermudah proses pemecahan masalah mereka sendiri. Terapis juga tidak mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau menganjurkan serangkaian tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini kemudian lebih di kenal dengan istilah fasilitator (Atkinson dkk, 1993)
Untuk mencapai pemahaman klien terhadap permasalahan yang di hadapi, maka diri terapis di perlukan beberapa persyaratan antara lain adalah: empati, rapport, dan ikhlas.
Tujuan dari Clien-Centered Therapy adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi pribadi yang dapat berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan tersebut terapis perlu mengusahakan agar klien dapat menghilangkan topeng yang dikenakannya dan mengarahkannya menjadi dirinya sendiri.
Langkah-langkah dalam proses terapi:
1. Individu datang meminta bantuan,
2. Situasi bantuan biasanya dijelaskan (ditetapkan),
3. Terapis mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan-perasaan nya dengan bebas berkenaan dengan masalah yang dihadapinya,
4. Terapis menerima,mengakui, dan menjelaskan perasaan-perasaan negatif pasien,
5. Apabila perasaan-perasaan negatif pasien telah diungkapkan sepenuhnya maka perasaan-perasaan itu disusul oleh ungkapan samar-samar dan ragu-ragu dari perasaan-perasaan positif yang mendatangkan pertumbuhan,
6. Terapis menerima dan mengakui perasaan-perasaan positif yang diungkapkan itu seperti halnya dia menerima dan mengakui perasaan negatif,
7. Pemahaman tentang diri dan penerimaan diri merupakan aspek berikutnya yang penting dari seluruh proses,
8. Bercampur baur dengan proses pemahaman ini-- langkah-langkah yang dikemukakan sama sekali tidak esklusif antara yang satu dengan yang lain dan juga langkah-langkah tersebut tidak berlangsung secara kaku -- merupakan suatu proses penjelasan mengenai keputusan-keputusan dan rangkaian tindakkan yang mungkin diambil,
9. Terjadilah suatu perkembangan lebih lanjut -- pemahaman diri yang lebih lengkap dan akurat karena individu mulai berani menyelidiki tindakan-tindakannya sendiri secara lebih memdalam,
10. Tindakan positif yang integratif dari klien semakin meningkat. Ketakutan dalam dirinya semakin berkurang khususnya untuk mengadakan pilihan dan menjadikannya lebih yakin akan tindakan yang terarah kepada dirinya sendiri (self-directed action),
12. Perasaan untuk membutuhkan bantuan berkurang dan pengakuan dari pihak klien bahwa hubungan itu harus berakhir.
Sumber :
Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental Edisi 3
Riyanti,B.P. Dwi dan Hendro Prabowo.1998.Psikologi Umum 2. Jakarta:Universitas Gunadarma

0 komentar:

Posting Komentar