Sabtu, 20 April 2013

Rational-Emotif Therapy



Rational-Emotif Therapy dikenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis. Yang lahir pada tanggal 27 September 1913. Rational-Emotif Therapy dibangun berdasarkan ketidak puasan Albert Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasarkan atas pemahamannya tentang teori Behavioral. Terapi rasional-emotif menurut Ellis mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitik beratkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang.
Pendekatan psikoteri rasional-emotif menganggap bahwa manusia pada hakekatnya adalah korban dari pola pikirnya sendiri yang tidak rasional dan tidak benar. Karena itu Ellis berkomentar bahwa pendekatan humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan persoalan pada diri sendiri karena berpikir tidak rasional. Karena itu terapis dengan pendekatan ini berusaha memperbaiki melalui pola berpikirnya dan menghilangkan pola berpikir yang tidak rasional. Terapi dilihatnya sebagai usaha mendidik kembali (reeducation), jadi terapis bertindak sebagai pendidik, dengan antara lain memberikan tugas yang harus dilakukan pasien serta mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat proses berpikirnya. Proses ini dilakukan dengan pendekatan langsung (directive) dan atau pendekatan elektik.
Tujuan terapi ini untuk menghilangkan cara berpikir yang tidak logis, yang tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional.
3 langkah dalam terapi rasional-emotif
1.       Terapis menunjukkan bahwa cara berpikir pasien tidak logis, kemudian membantunya memahami bagaimana dan mengapa pasien sampai pada cara berpikir seperti itu, menunjukkan pula hubungan antara pikiran tidak logis dengan perasaan tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang dialaminya. Pasien baru belajar membedakan antara keyakinan yang rasional dengan yang tidak rasional.
2.       Menunjukkan pada pasien, bahwa pasien mempertahankan perilakunya yang terganggu karena pasien meneruskan cara berpikirnya yang tidak logis. Cara berpikir ini lah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang dirasakan dan bukan dari kejadian atau pengalaman yang baru.
3.       Langkah ini bertujuan mengubah cara berpikir pasien dengan membuang cara berpikir yang tidak logis. Terapis menggunakan teknik langsung dan teknik mendorong untuk membantu klien membuang pikiran yang logis, yang rasiona.  Dalam halini dibutuhkan peran aktif dari terapis.
Secara singkat terapi ini menggunakan pendekatan langsung untuk “menyerang” dan menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis.
Pendekatan dengan terapi rasional-emotif ini menurut Ellis, dapat digunakan untuk menghadapi masalah-masalah klinis seperti: depresi, ansietas, gangguan karakterologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan, masalah perilaku anak dan remaja. Selain untuk masalah-masalah klinis tetapi terapi ini dapat juga digunakan unutk menyelesaikan masalah hukum, olahraga, organisasi, dan dunia bisnis.

Sumber :
Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D. 1996. Konseling dan Terapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

0 komentar:

Posting Komentar